Selamat Datang Para Peziarah

Kadang jiwa kita rapuh, kadang batin kita resah, kadang nurani kita galau, lalu kita merenung sejenak, kembali ke Quran, kembali ke hadist, laluke wajah wajah tulus para ulama, para guru kita dimasalalu, kadang kita kembali bergairah menatap hidup kedepan

Selasa, 13 Juli 2010

Jejak Pasai

Makam Panglima Perang Samudera Pasai Ditemukan

Lhokseumawe - Tim Penelitian Yayasan Waqaf Nurul Islam (YWNI) Lhokseumawe menemukan peninggalan kerajaan Samudera Pasai. Kali ini, tim menemukan dan meyakini makam yang terletak di komplek makam kuno Desa Meunasah Ujoung Blang Me , Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara, merupakan Raja Kanayan yakni seorang panglima perang di zaman kerajaan Samudra Pasai.

Pernyataan ini diungkapkan Ketua tim penelitian YWNI Taqiyuddin Muhammad pada konferensi pers, Rabu (17/6) di Lhokseumawe. Menurut Taqiyuddin, keyakinan atas makam itu adalah makam Raja Kanayan berdasarkan inskripsi batu nisan makam di mana tertulis dalam tulisan khat arab sifat orang yang terkubur di dalamnya yakni Hadzal qabru al-abban al-hasib asy-syuja’ al-mannan. “Apabila kita terjemahkan dalam bahasa kita, Ini adalah kubur orang penyergap musuh, yang berasal dari keturunan terhormat, pemberani lagi pengasih,” ujar Taqiyuddin

Disebutkan panglima perang bisa diambil dari tulisan kata-kata Asy-Syuja’ artinya berarti pemberani, untuk sementara ini, hanya ditemukan pada nisan makam tersebut. Oleh sebab itu para peneliti memprediksikan sang pemilik kubur pasti orang terhormat dan kata itu merupakan kata-kata pujian khusus yang dijulukkan terhadap para pembesar di kerajaan tersebut.

Kesimpulan ini diperkuat intepretasi sebuah legenda pertempuran yang dikisahkan dalam hikayat seorang pangeran gagah dari Mengkasar Bugis sekarang Makasar bernama Semerluki yang saat itu diusir ayahnya karena terjalin hubungan cinta terlarang dengan ibu tirinya. Dalam kisah itu disebutkan sebelum Semerluki merompak ke ujung Malaka sekarang Aceh, ia mampu menaklukkan daratan Jawa.

Kisah itu disebutkan, Semerluki menyerang Kerajaan Samudera Pasai. Namun sang pangeran durhaka itu kalah setelah ditaklukkan Raja Kanayan dalam sebuah pertempuran sengit di laut lepas selat Malaka, dalam hikayat sang pangeran sempat memuji ketangguhan Raja Kanayan. “Sekalipun riwayat hidupnya belum banyak diketahui tapi saya memperkirakan ia tak kalah hebatnya dengan Khairuddin Barbarus (1470-1547), seorang panglima laut Laksamana Turki ‘Utsmani yang hidup setelah Raja Kanayan wafat pada malam Sabtu 3 Sya’ban 872 hijriah (1468 M),” ujar Taqiyuddin.

Dengan data itu bisa diprediksikan Raja Kanayan hidup pada masa pemerintahan beberapa sultan Samudra Pasai dan meninggal dunia pada masa Sultan Zainal Abidin bin Ahmad bin Zainal ‘Abidin ( W878/1474 M) menggantikan pamannya Sultan Mahmud bin Zainal ‘Abidin yang wafat pada 23 Jumadal Akhir 872 hijriah (1468 M), yakni beberapa bulan sebelum wafat Raja Kanayan. “Saya berprediksi masih banyak peninggalan maupun nisan-nisan pemuka kerajaan ini yang telah amblas ke dalam tanah di komplek makam yang berada tidak jauh dari tepi krueng Pase yang terletak disebelah timur kota Geudong,” ujarnya.

Dia mengatakan sampai sekarang lokasi komplek makam ini belum tercatat dalam inventaris situs sejarah Dinas Kebudayaan, dan akibatnya tidak bisa dilakukan pemugaran, ia berharap pihak-pihak yang berwenang dapat memperhatikan pelestarian warisan budaya bernilai sejarah.(theglobejournal)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar